Apa Itu Grosir? Ini Definisi, Keuntungan, dan Bedanya dengan Eceran

April 28, 2025
, By
Share this:

Grosir adalah menjual barang dalam jumlah besar, konsep ini berperan penting dalam proses supply chain. Sebagai salah satu pemasok utama sektor ritel, grosir berkontribusi dalam menjaga kelancaran distribusi produk ke tangan konsumen.

Karena tidak terikat dengan produsen tertentu, grosir memiliki fleksibilitas untuk menjual produk sejenis dari berbagai merek. Hal ini memberikan keleluasaan bagi pelaku ritel dalam memilih produk yang sesuai dengan preferensi pasar, sehingga potensi terpenuhinya permintaan konsumen pun meningkat.

Peran strategis grosir ini turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Bank Indonesia, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025 tercatat sebesar 211,5. Angka ini menunjukkan adanya kontraksi 4,7% secara bulanan (mtm) setelah tumbuh 5,9% di periode sebelumnya. 

IPR sendiri merupakan indikator penting dalam menilai aktivitas konsumsi masyarakat dan kinerja sektor ritel. Dengan demikian, sebagai penggerak utama distribusi produk di sektor ritel, grosir berperan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi. 

Apakah kamu seorang pelaku ritel yang sering belanja grosir? Atau, kamu sedang mempertimbangkan untuk menjadi pedagang grosir? Apapun itu, yuk, kenali lebih dalam tentang dunia grosir di artikel ini.

Apa yang Dimaksud dengan Grosir?

Grosir atau wholesaling adalah konsep di mana seorang pedagang membeli produk dalam jumlah besar langsung dari produsen, lalu menjualnya kembali dengan kuantitas lebih kecil kepada pedagang eceran, pelaku usaha, institusi, atau bahkan grosir lainnya. Dalam konteks rantai pasok, grosir berfungsi sebagai penghubung antara produsen dan pengecer atau konsumen akhir.

Bagi pelaku ritel, grosir sering dimaknai sebagai cara untuk memperoleh stok barang dalam jumlah besar dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga satuan. Dari sinilah muncul istilah harga grosir, yaitu harga khusus yang ditawarkan karena pembelian dilakukan dalam skala besar.

Salah satu alasan utama mengapa harga grosir lebih rendah adalah adanya potongan harga dari produsen sebagai bentuk insentif atas volume pembelian yang tinggi. 

Selain itu, grosir tidak memerlukan biaya promosi dan layanan pelanggan sebesar bisnis eceran, sehingga biaya operasional bisa ditekan dan harga jual menjadi lebih kompetitif.

Meski demikian, transaksi grosir tidak selalu harus dalam skala besar. Beberapa grosir, terutama produsen yang menjual langsung, kerap melayani pesanan dalam jumlah lebih kecil, khususnya untuk pembeli baru atau pelaku usaha berskala kecil.

BACA JUGA: Wajib Tahu, Begini Cara Belanja Grosir Online yang Efektif untuk Pemula!

Perbedaan Grosir dan Eceran (Retail)

Grosir berarti menjual barang dalam jumlah besar, sementara eceran (ritel) menjual barang dalam jumlah satuan atau ketengan. Selain itu, terdapat perbedaan lain antara grosir dan eceran, yaitu:

  • Jumlah dan Harga: Grosir menjual barang dalam jumlah banyak dan dengan harga lebih murah. Sebaliknya, eceran menjual barang dalam jumlah satuan, sehingga harga jualnya lebih tinggi karena ada markup dari harga grosir.
  • Hubungan dalam Rantai Pasokan: Grosir menciptakan hubungan antara produsen dan pengecer, sedangkan konsumen menjual barang kepada konsumen akhir.
  • Modal dan Ukuran: Bisnis grosir membutuhkan modal yang lebih besar dibandingkan bisnis ritel. Oleh karena itu, ukuran dan kapasitas stok di grosir jauh lebih besar daripada di pengecer. Di sisi lain, pengecer memiliki ukuran bisnis yang lebih kecil, dengan pembelian dalam jumlah sedikit.
  • Lokasi dan Tampilan: Lokasi toko grosir tidak sekrusial toko ritel. Grosir bisa beroperasi di lokasi yang lebih fleksibel dan tidak memerlukan tampilan menarik atau iklan yang intensif. Sebaliknya, bisnis ritel sangat tergantung pada lokasi yang strategis dan tampilan toko yang menarik untuk menarik perhatian konsumen. 
  • Minimum Penjualan: Biasanya, grosir mengharuskan pembeli untuk membeli produk dalam jumlah banyak, yang sering disebut sebagai bulk purchase atau pembelian massal. Ini berbeda dengan ritel yang di mana konsumen boleh membeli produk satuan, artinya hanya satu item atau beberapa item saja.

Tren Grosir (Wholesale Distribution) di Era Digital

Di era digital saat ini, aktivitas grosir tidak lagi terbatas pada sistem offline. Telah hadir berbagai teknologi yang dapat membuat distribusi barang jadi lebih efektif dan efisien. Lalu, seperti apa contoh trennya?

1. Munculnya Platform B2B Online

Bisa Belanja Apa Saja di Youtap BOS (Sumber: Aplikasi Youtap BOS)

Kini, muncul banyak platform yang memudahkan pelaku usaha untuk belanja grosir, salah satunya adalah Youtap BOS. Melalui platform ini, kamu dapat berbelanja dari berbagai supplier terpercaya dengan harga kompetitif, seperti Kimbo, PT Sukanda Djaya, Sosro, Indomarco, Sari Roti, dan Campina.

Cukup lakukan pemesanan dan pembayaran melalui aplikasi, maka stok barang akan langsung dikirim oleh tim dari masing-masing supplier. Cara ini tentu bisa menghemat biaya operasional dan waktu belanja.

Menariknya, Youtap BOS sudah menjangkau merchant atau pemilik bisnis di seluruh Indonesia. Khusus untuk kamu yang berdomisili di Jakarta, Semarang, Bandung, dan Palembang, ada keuntungan tambahan. 

Di kota-kota tersebut, tersedia tim sales dari Youtap Indonesia yang siap membantumu memproses pesanan dengan lebih praktis. Sangat mudah, kan?

2. Digitalisasi Rantai Pasok

Banyak perusahaan grosir kini telah mengadopsi software ERP (Enterprise Resource Planning) dan WMS (Warehouse Management System) untuk meningkatkan efisiensi gudang, pengelolaan inventaris, dan distribusi produk secara real-time.

Namun, perlu diakui bahwa implementasi ERP dan WMS memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kedua perangkat lunak ini mungkin kurang cocok untuk UMKM yang masih merintis.

Namun tak perlu cemas, kini ada solusi yang lebih terjangkau. Kamu bisa menggunakan aplikasi bisnis Youtap POS yang sudah dilengkapi fitur Manajemen Stok dan Stok Bahan Baku.

Hanya dengan Rp 2.000 per hari, bisnismu sudah bisa dibantu oleh Youtap POS Starter. Bahkan, masih banyak fitur lain yang bisa kamu manfaatkan, seperti Varian Produk, Atur Struk, Penyesuaian Harga, dan masih banyak lagi.


Kontak Youtap

3. Opsi Pembayaran Variatif

Pembayaran untuk belanja stok usaha di Youtap BOS tergolong fleksibel. Kamu bisa membayar melalui Virtual Account (VA) dari Bank BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan Bank INA. Selain itu, pembayaran juga dapat dilakukan menggunakan QR code yang terintegrasi dengan berbagai e-wallet, seperti LinkAja, DANA, OVO, GoPay, dan ShopeePay. Fleksibilitas ini tentu akan membantumu mengelola transaksi lebih efisien tanpa harus repot berpindah-pindah platform.

BACA JUGA: Bayar Cashless Pakai Virtual Account di Belanja Stok Youtap BOS!

 

Cara Grosir Mendapat Keuntungan

Pedagang grosir atau wholesaler memperoleh keuntungan melalui selisih antara harga beli produk dari produsen dan harga jual kepada pihak retail. Inilah mengapa, umumnya pihak grosir akan belanja dari supplier tangan pertama demi mendapat harga yang kompetitif. 

Setelah mendapatkan produk dengan harga rendah, grosir akan menjual produk ke pihak pengecer dengan harga yang lebih tinggi daripada harga beli dari produsen (namun tetap lebih rendah dibandingkan jika pengecer membeli langsung dari produsen). 

Perhatikan contoh berikut ini:

  • Produsen: PT Berkah Sentosa
  • Pengecer / Retailer:  Budi
  • Pedagang Grosir: Santi 

Ilustrasi:

Budi membeli 200 unit tas ransel per bulan dari PT Berkah Sentosa dengan harga 250 ribu rupiah per unit. Bila Budi menjual tas kepada konsumen seharga 300 ribu rupiah per unit, maka ia hanya memperoleh laba kotor sebesar 50 ribu rupiah per unit.

Di sisi lain, Santi membeli 20 ribu unit tas ransel dari produsen yang sama dengan harga lebih murah, yakni 120 ribu rupiah per unit. Kemudian Santi menjual tas tersebut pada Budi seharga 200 ribu rupiah per unit. Dengan demikian, Santi meraih laba kotor sebesar 80 ribu rupiah per unit.

Pada saat yang sama, Budi yang membeli dari grosir juga memperoleh keuntungan lebih besar. Dengan menjual tas seharga 300 ribu rupiah per unit, Budi bisa mendapatkan laba kotor sebesar 100 ribu rupiah per unit. Tentunya, laba ini lebih tinggi dibandingkan Budi membeli langsung dari produsen.

Perlu diperhatikan bahwa ini hanyalah ilustrasi sederhana. Dalam praktik sebenarnya, perhitungan modal dan laba dapat dipengaruhi berbagai faktor lain, contohnya proses pembelian, penjualan, distribusi, hingga pengelolaan stok.

BACA JUGA: Mengapa Belanja Stok Grosir Lebih Menguntungkan? Ternyata Ini Alasannya!

Contoh Bisnis Grosir

Jika kamu memiliki modal usaha, membuka warung grosir dapat menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan. Agar dapat menarik lebih banyak pelanggan, penting untuk memahami jenis-jenis usaha grosir yang saat ini cukup diminati. Berikut lima di antaranya:

1. Usaha Grosir Sembako

Sembako merupakan kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan masyarakat. Inilah mengapa, usaha grosir sembako bisa menjadi pilihan bisnis yang stabil dan menguntungkan.

Persaingan dengan minimarket atau supermarket bukanlah sesuatu yang perlu kamu khawatirkan, karena mayoritas pelanggan usaha grosir merupakan para pengecer. Ini berbeda dengan minimarket yang umumnya langsung menyasar end user.

Untuk menjaga daya saing harga, penting untuk bekerja sama dengan supplier besar yang terpercaya. Salah satu mitra yang dapat diandalkan adalah Youtap Official Store yang tersedia di aplikasi Belanja Stok (Youtap BOS).

BACA JUGA: Sembako Apa Saja yang Wajib Dijual Pedagang Grosir? Cek Produk & Harganya, Yuk!

2. Usaha Grosir Frozen Food

Seiring modernisasi zaman, masyarakat semakin menyukai sesuatu yang praktis. Hal ini pun berlaku dalam pilihan makanan. Tak heran jika produk frozen food seperti nugget, sosis, dan bakso kemasan kini terus mengalami pertumbuhan, seiring gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis.

Tidak hanya dalam keseharian, permintaan frozen food juga melonjak pada momen-momen tertentu, seperti tahun baru masehi, Idul Fitri, Idul Adha, dan masa libur panjang lainnya.

Melihat tren gaya hidup praktis dan tingginya permintaan musiman ini, membuka usaha grosir frozen food bisa menjadi peluang yang menjanjikan. Bagaimana cara memulainya? Pastikan kamu mencari distributor resmi terpercaya yang menawarkan produk berkualitas, rasa terjaga, serta masa simpan panjang.

Selain membuka toko fisik, perluas juga pemasaran melalui platform online untuk menjangkau restoran, kafe, hingga reseller rumahan.

BACA JUGA: 80 Aneka Frozen Food untuk Ide Jualan, Dijamin Cuan!

3. Usaha Grosir Sayur dan Buah

Jika modal yang kamu miliki terbatas, usaha grosir sayur dan buah bisa menjadi pilihan yang lebih terjangkau dibandingkan dengan grosir sembako atau frozen food

Terlebih, masyarakat selalu membutuhkan bahan pangan segar untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Hal ini menjadikan grosir sayur dan buah jadi hal yang relevan sepanjang waktu. 

Jika kamu tinggal di daerah pedesaan, kamu bisa bekerja sama dengan petani lokal untuk mendapat produk yang segar dengan harga kompetitif. 

Selain menjual secara offline, kamu juga bisa memperluas jangkauan pasar dengan menawarkan layanan pesan antar atau memanfaatkan platform online.

BACA JUGA: Apa Itu Same Day Delivery di Ecommerce? Ternyata Beda dengan Instant!

4. Usaha Grosir Makanan Ringan dan Minuman Kemasan

Selain sembako, makanan dan minuman ringan kemasan juga menjadi komoditi dengan pasar yang sangat luas. Permintaan terhadap makanan ringan kemasan, seperti keripik kekinian, snack pedas, dan camilan sehat, terus meningkat baik di toko kelontong maupun di kalangan konsumen individu.

Seperti usaha grosir lainnya, selain modal, kamu perlu mencari produsen yang menawarkan harga kompetitif untuk memulai usaha ini.

Ingin hasilnya lebih maksimal? Coba kombinasikan strategi penjualan offline dengan online, lalu buka peluang reseller juga ya, Teman Youtap. 

BACA JUGA: 9 Ide Bisnis Makanan Ringan yang Menjanjikan

5. Usaha Grosir Pakaian

Selain pangan, sandang juga merupakan kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu, membuka usaha grosir pakaian bisa menjadi pilihan yang oke

Kamu tidak perlu menjual seluruh jenis pakaian. Misalnya, kamu bisa fokus pada grosir jilbab atau aksesoris fashion tertentu.

Jika memungkinkan, carilah produsen atau penjahit langsung untuk mendapatkan produk dengan kualitas terbaik. Pastikan juga produk yang kamu pilih selalu up-to-date dengan tren fashion terkini.

Fungsi, Keuntungan, dan Manfaat Konsep Bisnis Grosir

Kehadiran konsep grosir dalam rantai pasok membawa banyak keuntungan bagi berbagai kalangan. Agar lebih jelas, yuk kita bahas manfaat grosir untuk masing-masing peran!

Manfaat Grosir Untuk Produsen

  • Memperluas Jangkauan, grosir membantu produsen mendistribusikan produk ke pasar yang lebih luas tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk tenaga kerja.
  • Kapabilitas Penyimpanan, dengan dukungan kapasitas gudang yang besar dari grosir, produsen tidak perlu khawatir tentang penyimpanan produk dalam jumlah banyak.
  • Stabilitas Rantai Pasokan dan Risiko, kerja sama dengan grosir memudahkan produsen menjaga kestabilan pasokan ke pasar serta mengurangi risiko kekurangan stok.

Manfaat Grosir Bagi Pedagang Grosir (Wholesalers)

  • Operasional Lebih Sederhana, grosir menyederhanakan sistem operasional dengan menangani barang dalam jumlah besar sekaligus mengelola distribusi ke ritel, sehingga mengurangi kompleksitas pengelolaan barang.
  • Skala Ekonomi, melalui penanganan produk dalam jumlah besar, grosir dapat menghemat biaya pengadaan, penyimpanan, dan transportasi, serta menawarkan harga lebih kompetitif kepada pelanggan.
  • Penjualan Volume, grosir memperoleh pendapatan lebih besar dari transaksi tunggal melalui penjualan dalam jumlah besar. Ini lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pengecer yang mengandalkan banyak transaksi kecil.
  • Hubungan Klien yang Stabil, hubungan jangka panjang dengan pengecer dapat lebih terjalin. Hal ini dapat memicu pesanan berulang, dan pendapatan wholesaler semakin terprediksi. 
  • Biaya Promosi yang Lebih Rendah, grosir biasanya tidak membutuhkan anggaran promosi besar. Sehingga, biaya pemasaran dapat ditekan atau dialihkan untuk operasional lainnya. 

Keuntungan Grosir untuk Retailer

  • Biaya Bisnis yang Lebih Rendah, ritel dapat membeli barang dengan harga yang lebih murah dari grosir, karena mereka tidak perlu membeli langsung dari produsen dalam jumlah besar.
  • Stabilitas Rantai Pasokan dan Risiko, grosir cukup telaten dalam mengelola inventaris. Sehingga, pengecer dapat mengurangi risiko kehabisan stok dan memastikan pasokan barang selalu stabil

Manfaat Grosir untuk End User (Konsumen Akhir)

  • Tidak Perlu Sering Belanja, end user yang membeli barang dalam jumlah besar dari grosir tidak perlu sering melakukan pembelian barang. 
  • Hemat Biaya Operasional, konsumen yang membeli barang dalam jumlah besar dari grosir dapat menghemat biaya karena harga per unit lebih murah dibandingkan dengan membeli secara eceran.


Jenis-jenis Grosir

Jika digali lebih dalam, ternyata ada banyak tipe-tipe grosir dalam dunia jual beli. Berikut ini jenis-jenis grosir beserta contohnya:

Tipe Grosir Berdasarkan Barang yang Dijual

1. The Specialist Wholesaler

The specialist wholesaler mengacu pada grosir yang hanya fokus pada produk-produk tertentu atau kategori tertentu. Umumnya, grosir ini memiliki pengetahuan mendalam tentang produk spesifik yang dijual. Contohnya grosir alat kesehatan, grosir spare part kendaraan, atau grosir bahan bangunan khusus.

2. The General Line Wholesaler

Sebaliknya, the general line wholesaler adalah grosir yang menjual berbagai jenis produk dalam kategori umum. Pada bisnis ini, sang owner akan menjual berbagai barang untuk pasar yang lebih luas. Misalnya grosir alat rumah tangga, pakaian, atau produk-produk konsumen umum lainnya.

Tipe Grosir Berdasarkan Luas Daerah Usahanya

1. The Regional Wholesaler

Sesuai namanya, wholesaler ini beroperasi di tingkat regional atau dalam wilayah yang terbatas. Biasanya, wholesaler akan mendistribusikan produk dalam satu provinsi atau daerah tertentu. Contoh regional wholesaler adalah grosir produk pertanian yang melayani daerah tertentu, seperti wilayah Jawa Tengah atau Sumatera.

2. The Local Wholesaler

Grosir jenis ini hanya beroperasi di area lokal, misalnya dalam satu kota atau kabupaten. Jadi, local wholesaler fokus pada distribusi barang untuk toko atau pengecer di tingkat lokal. Contoh umum local wholesaler adalah grosir bahan makanan.

3. The National Wholesaler

National wholesaler adalah grosir yang beroperasi di seluruh negara. Mereka mendistribusikan barang ke berbagai pengecer yang ada di berbagai kota atau provinsi dalam satu negara. Contohnya adalah grosir pakaian atau elektronik yang memiliki distribusi ke seluruh Indonesia.

4. The International Wholesaler

Grosir ini mampu mencakup distribusi produk hingga ke luar negeri (skala global). Umumnya, level ini digeluti oleh grosir yang bergerak di bidang elektronik atau pakaian. 

Tipe Grosir Berdasarkan Lapangan Kegiatannya

1. The Service Wholesaler

The service wholesaler adalah grosir yang melakukan aktivitas jual beli secara penuh seperti grosir pada umumnya.

2. The Whole Collector

Adalah grosir yang mengumpulkan produk dari berbagai produsen untuk keperluan sendiri, atau karena ada pesanan dan pihak lain. Jadi, the whole collector bertindak sebagai pengumpul barang dari berbagai sumber.

3. The Limited Function Wholesaler

Grosir yang hanya melakukan beberapa fungsi dalam rantai distribusi, misalnya hanya bertindak sebagai penghubung antara produsen dan pengecer tanpa melakukan penyimpanan atau pengiriman barang.

4. Truck Wholesaler / Truck Jobber / Wagon Jobber

Seperti namanya, truck wholesaler biasanya mendistribusikan barang langsung menggunakan kendaraan truk sebagai layanan pengiriman barang ke pengecer. Salah satu contoh populer dari truck jobber adalah bisnis distribusi makanan siap saji. 

5. Cash Carry Wholesaler

Grosir ini mengharuskan pembeli untuk membayar barang di tempat secara tunai dan membawa barang sendiri. Pembelian biasanya dilakukan dalam jumlah besar.

6. Drop Shipping Wholesale

Dropshipper adalah jenis pedagang grosir yang menjual produk tanpa harus menyimpan stok barang. Jadi, saat menerima pesanan dari grosir lain, pengecer, atau bisnis, dropshipper akan langsung mengatur pengiriman dari produsen ke pelanggan. 

Sepanjang proses itu, kepemilikan barang dan risiko pengiriman tetap menjadi tanggung jawab produsen, bukan dropshipper. Karena tidak perlu menangani fisik barang, dropshipper bisa beroperasi dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan grosir tradisional.

7. Mail Order Wholesaler

Grosir ini memang jarang ditemukan di Indonesia. Namun, kamu tetap perlu memahami bahwa mail order wholesaler adalah grosir yang menjual produk melalui katalog dan melakukan pemesanan via pos. Pembeli dapat melakukan pemesanan dan barang akan dikirimkan melalui pos.

8. Manufacture Wholesaler

Jenis grosir ini berperan ganda sebagai penjual sekaligus pemasok barang dagangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri.

Tipe Grosir Berdasarkan Cara Kerjanya

1. Grosir Pedagang (Merchant Wholesaler)

Merchant wholesaler identik dengan grosir yang melakukan pembelian dalam jumlah besar dan menjualnya ke pengecer atau bisnis lain. Grosir ini mempunyai kontrol penuh terhadap barang yang dijuall. Contoh bisnisnya adalah grosir produk kecantikan yang membeli langsung dari produsen dan menjualnya ke toko-toko kosmetik.

2. Grosir Pialang dan Agen (Broker and Agent)

Dalam hal ini, agen dan broker bertindak sebagai perantara antara penjual dan pembeli tanpa memiliki barang secara fisik. Sistemnya, agen akan mendapat komisi dari transaksi yang berhasil. Berikut beberapa jenis agen yang ada di lapangan:

  • Pialang (Broker): Bertindak sebagai penghubung antara pembeli dan penjual tanpa menguasai produk.
  • Agen (Agent): Bertindak atas nama produsen atau pengecer dalam menjual produk.
  • Manufacturer’s Agent: Agen yang bekerja untuk produsen untuk memasarkan dan menjual produk mereka.
  • Selling Agent: Agen yang menjual produk dari produsen atau grosir ke pengecer atau konsumen.
  • Buying Agent: Agen yang membeli barang untuk konsumen atau pengecer.
  • Commision Agent: Agen yang mendapatkan komisi dari transaksi penjualan produk.
  • Auction Companies: Perusahaan yang mengatur dan melakukan lelang produk.

3. Grosir Cabang dan Kantor Penjualan Produsen

Grosir cabang berada di bawah produsen dan berfungsi untuk menjual produk langsung dari produsen ke pengecer atau konsumen. Pabrik sepatu yang memiliki cabang di beberapa daerah dan menjual produknya langsung ke pengecer adalah salah satu contoh dari grosir cabang. 

Risiko dan Tantangan Grosir

Dalam menjalankan bisnis grosir, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh produsen, pelaku grosir, retailer, dan konsumen. Mari, cek di bawah ini!

Tantangan untuk Produsen

Persaingan Langsung dengan Grosir

Produsen yang memilih untuk menjual langsung kepada konsumen dapat menciptakan gangguan pada pasar. Dengan menjual langsung, produsen dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Efeknya, harga pasar yang sebelumya sudah ditentukan oleh grosir jadi terancam. 

Solusinya, sebelum menjalin kerja sama dengan produsen, penting bagi pedagang grosir untuk melakukan riset pasar. Pastikan bahwa produsen tidak menjual langsung ke konsumen atau bersaing di wilayah yang sama.

Tantangan untuk Pelaku Grosir

1. Pesaing Baru dan Platform Online

Persaingan ketat kini datang tidak hanya dari sesama grosir, tetapi juga dari platform e-commerce dan penjual online. 

Penjualan online menawarkan berbagai keuntungan, seperti kemudahan berbelanja, harga lebih murah, pengiriman cepat, dan transparansi harga. 

Untuk menghadapinya, grosir perlu melakukan transformasi digital yang mampu menjangkau lebih banyak pelanggan. Manfaatkanlah situs web atau media sosial yang dimaksimalkan dengan strategi digital marketing. Hal ini dapat meningkatkan visibilitas dan daya saing di pasar.

2. Ekspektasi Pelanggan yang Meningkat

Pelanggan kini mengharapkan pengiriman yang cepat, visibilitas pesanan secara real-time, serta layanan pelanggan 24/7, berkat kemajuan e-commerce. Jika grosir tidak dapat memenuhi ekspektasi ini, pelanggan mungkin akan beralih ke platform online.

Maka dari itu, grosir dapat menawarkan layanan tambahan yang tidak dimiliki platform online, seperti kemampuan untuk memilih dan mencoba produk secara langsung. 

3. Penyusutan Margin

Dalam perdagangan global, ada tekanan besar untuk menurunkan harga, terutama untuk barang-barang komoditas. Hal ini tak jarang menyebabkan margin keuntungan semakin menipis. Akibatnya, grosir terpaksa meningkatkan efisiensi operasional dan menghadapi persaingan harga yang ketat.

Masalah ini dapat diatasi dengan beberapa cara, seperti mempertahankan harga berdasarkan volume, wilayah, dan jenis pelanggan. Selain itu, grosir juga dapat memanfaatkan strategi volume pricing untuk meningkatkan penjualan barang dalam jumlah besar. 

Tantangan untuk Retailer

Tekanan Persaingan Harga

Seiring berkembangnya platform e-commerce, retailer kerap menghadapi persaingan yang lebih ketat, baik dari grosir yang sudah menjual langsung kepada konsumen maupun produsen yang memotong jalur distribusi. Hal ini dapat mengancam profitabilitas retailer, di mana pengecer harus menurunkan harga untuk menjaga daya saing di pasaran. 

Solusinya, grosir dapat menawarkan produk unik atau pengalaman berbelanja yang tidak bisa ditemukan di platform online. Selain itu, grosir juga dapat menawarkan loyalty program yang menguntungkan bagi konsumen akhir.

Manajemen Inventaris yang Kompleks

Dalam dunia grosir dan e-commerce, retailer harus mampu mengelola inventaris dengan sangat efisien. Retailer perlu menghindari overstock agar tidak mengikat modal. Namun di sisi lain, understock pun tidak boleh terjadi. Sebab, hal ini dapat memicu kekecewaan pelanggan. 

Untuk menyiasati  hal ini, gunakanlah sistem Manajemen Stok dari Youtap POS. Perangkat lunak ini akan membantu retailer dalam memantau dan mengelola persediaan secara real-time.

Tantangan untuk Konsumen

1. Perubahan dalam Pola Belanja

Konsumen kini memiliki lebih banyak pilihan untuk membeli barang, tapi, mereka perlu memilih produk yang berkualitas di tengah banyaknya pilihan yang ada. Hal ini membuat konsumen jadi lebih selektif dalam memilih grosir.

2. Pengiriman dan Layanan Pasca Pembelian

Di zaman serba cepat ini, konsumen akan cenderung memilih grosir atau retail yang memiliki pengiriman cepat, transparan, dan responsif. Maka dari itu, pedagang grosir perlu menyediakan fasilitas yang memadai. Salah satu caranya adalah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk proses pick up and delivery

Tips Memulai Usaha Grosir

Kamu tertarik untuk memulai usaha grosir? Jika iya, maka kamu dapat memulainya dengan menerapkan langkah-langkah berikut ini:

  • Lakukan riset harga untuk menentukan harga jual yang kompetitif.x
  • Pilih produk berdasarkan riset pasar dan kompetitor, fokus pada produk berkualitas dan diminati.
  • Tambahkan produk baru sesuai kebutuhan konsumen untuk memperluas pilihan.
  • Layani pelanggan dengan ramah dan profesional, gunakan emoticon dan aplikasi layanan jika berjualan online.
  • Berikan diskon wajar (10%-20%) untuk menarik dan mempertahankan pelanggan.
  • Sediakan layanan pengiriman barang untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.
  • Manfaatkan media sosial untuk promosi, berbagi konten menarik, dan memperluas jangkauan pasar.

Demikianlah uraian lengkap mengenai grosir dan perbedaannya dengan eceran.

Setelah membaca artikel ini, kamu bisa memutuskan apakah ingin memulai usaha grosir atau lebih tertarik untuk menjadi retailer. Sesuaikan pilihanmu dengan kapasitas yang ada, mulai dari modal hingga sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.

Yang terpenting, pastikan kamu menggunakan sistem yang memudahkan operasional usahamu. Dengan hanya membayar 1, kamu sudah mendapatkan 2 aplikasi usaha sekaligus, yaitu Youtap BOS dan Youtap POS. Hanya dengan Rp2000-an per hari! Penasaran? Yuk, download aplikasi Youtap POS dan Youtap BOS sekarang!

Share this: